PELANGIQQ : Bahya Konsumsi Daging Biawak – Tak hanya diburu karena kulitnya saja, reptil juga banyak dicari oleh penggemar kuliner ekstrem, seperti daging biawak, ular, buaya, dan banyak lagi. Padahal, risiko kontaminasi parasit, bakteri, dan virus dari mengonsumsi daging biawak bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
Biawak seringiburu untuk ambil dagingnya Tak hanya buru karena kulitnya saja, reptil juga banyak cari oleh penggemar kuliner ekstrem, seperti daging biawak, ular, buaya, dan banyak lagi. Padahal, risiko kontaminasi parasit, bakteri, dan virus dari mengonsumsi daging biawak bisa berdampak buruk bagi kesehatan.Bukannya tanpa dasar, namun risiko terkena penyakit mengonsumsi reptil seperti daging biawak sudah terbukti lewat banyak penelitian. Bahkan dalam International Journal of Food Microbiology, ada fakta bahwa orang bisa menderita penyakit tertentu akibat mengonsumsi reptil.
Bahya Konsumsi Daging Biawak
Bahaya konsumsi daging reptil
Tak hanya daging biawak, beberapa jenis kuliner ekstrem yang juga sering konsumsi adalah daging buaya, kura-kura serta kadal. Dan yang cukup populer adalah ular.Beberapa bahaya dan risiko mengonsumsi daging reptil antaranya:
1. Rentan menyebabkan penyakit
Trichinosis, pentastomiasis, gnathostomiasis, dan sparganosis adalah beberapa penyakit yang berisiko alami orang yang gemar mengonsumsi daging reptil. Hal ini terjadi karena ketika mengonsumsi kuliner ekstrem seperti daging biawak, akan ada paparan virus, bakteri, dan parasit.
2. Paparan residu
Jangan lupakan habitat dan apa yang konsumsi reptil, bisa juga menyebabkan kontaminasi pada tubuh orang yang memakannya. Contohnya kandungan metal berbahaya dan residu obat-obatan yang bisa menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan.
3. Rentan kontaminasi bakteri
Belum lagi risiko kontaminasi bakteri patogenik seperti Salmonella, Escherichia coli, Yersinia enterolitica, Clostridium, Campylobacter, dan juga Staphylococcus aureus. Beragam jenis bakteri ini dapat menyebabkan penyakit dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda.Sebut saja daging buaya yangisebut berisiko tinggi apabila konsumsi. Alasannya, buaya bisa menjadi carrier bakteri seperti Salmonella ususnya. Bahkan, temuan ini ketahui baik pada daging yang telah bekukan maupun daging segar.
4. Risiko keracunan
Daging reptil seperti kura-kura juga bisa menyebabkan keracunan. Contohnya biotoxin yang terakumulasi daging kura-kura bisa mengandung chelonitoxism, jenis keracunan yang mematikan.Tentu ada alasan mengapa reptil seperti daging biawak tidak menjadi pilihan komoditas protein utama bagi manusia. Untuk memastikan suplai kuliner ekstrem terjaga, reptil harus buru alam liar.
Artinya, kemungkinan memenuhi kebutuhan daging untuk konsumsi sangat tidak seimbang.Akan berbeda konteksnya apabila daging reptil seperti kadal kecil konsumsi untuk bertahan hidup. Seperti yang ada dSurvival Manual milik tentara Amerika Serikat, sebutkan kadal kecil bisa makan utuh seperti ayam.Hanya saja, prosedur untuk memprosesnya harus benar-benar bersih dan masak hingga matang sempurna. tambahkan dalam Survival Manual itu, telur reptil juga aman konsumsi. Namun lagi-lagi, ini berbeda dengan konteks menjadikan reptil seperti daging biawak sebagai pilihan kuliner. Ini lebih pada urgensi saat harus bertahan hidup ekosistem seadanya.
Apakah daging reptil aman bila telah dibekukan?
Seperti halnya protein hewani lain, proses pembekuan seperti meletakkan di freezer dalam suhu tertentu sebut bisa mematikan parasit. Meski demikian, hal ini tidak berlaku pada daging reptil.Seperti penjelasan di atas, buaya diketahui masih bisa menjadi carrier bakteri penyebab penyakit seperti Salmonella meskipun telah dibekukan terlebih dahulu.Belum lagi risiko mengalami keracunan apabila ada akumulasi biotoxin di daging reptil yang dikonsumsi. Jadi, selama masih ada pilihan menikmati protein hewani lain seperti daging sapi hingga daging kelinci, seharusnya risiko-risiko di atas lebih bijak dihindari.